Jumat, 24 November 2017

Narasi spi Masjid Miftakhul Jannah



NAMA                        : IIN FEBRI KUSUMA WARDANI
NIM                            : 175231160
KELAS/JURUSAN   : 1 D/ PERBANKAN SYARIAH

KUNCI SYURGA DI DESA TERPENCIL
“MASJID MIFTAKHUL JANNAH”
(Desa wonotolo, Kec.Gondang, Kab.Sragen)
Untuk mencapai hasil yang maksimal di perlukan kerja keras yang maksimai pula. Ketika kita lengah kita pasti akan tertinggal jauh karena pada dasarnya masyarakat kini sudah terpaku pada alat elektronik seperti hp, tv, laptop, dll. Namun di zaman yang semakin modern ini masih banyak orang yang membutuhkan orang lain untuk mengorek informasi yang semestinya. Karena alat-alat elektronik tersebut di buat oleh manusia jadi tinggal manusia itu sendiri mau menggunakan untuk hal positif atau negative. Kini saya mencoba mewawancarai seorang tokoh agama di sebuah desa di kota sragen.
Saat ini aku sedang mendapat tugas dari salah satu dosen IAIN SURAKARTA untuk meneliti salah sattu masjid yang ada di sebuah desa. Lalu aku memilih salah satu masjid yang letaknya tak jauh dari desaku. Tak menyangka banyak sekali hal yang selama ini tidak kusadari keberadaan kebudayaan islam yang tak semua desa menjalani berbagai kebudayaan, dan ritual-ritual yang ada di desa tersebut. Aku mendatangi rumah seorang ustad yang tidak lain adalah salah satu tokoh agama yang berhasil mencetak generasi-generasi ustad-ustad muda di desa tersebut. Beliau bernama ustad Banun Yuhdi.
Di sebuah desa di daerah sragen jawa tengah tepatnya di desa wonotolo, gondang, sragen menyimpan banyak sekali sejarah dan kebudayaan yang sampai ini  masih dilestarikan oleh warganya. Di daerah tersebut terdapat sebuah masjid yang bernama masjid  miftakhul jannah.  Masjid tersebut di bangun pada tahun 1994 oleh warga wonotolo. Pembangunan  Masjid tersebut digagas oleh seorang tokoh agama yang bernama ustad banun yuhdi. Beliau adalah orang yang pertama kali menggagas pembangunan masjid miftakhul jannah. Beliau meminta pertimbangan kepada kepala desa dan akhirnya disetujui oleh kepala desa wonotolo.
Pembangunan masjid tersebut hanya mendapat mendapat subsidi dari pemerintah desa sebesar Rp. 5000.000. setelah rapat dengan warga desa yang lain maka terjadi kesepakatan bahwa kekurangan dana itu akan di tanggung oleh warga desa. Lalu pembangunan masjid tersebut berjalan kurang lebih hanya sekitar 6 bulan lamanya karena di kerjakan oleh semua warga desa baik pria maupun wanita. Mereka bergotong royong membangu masjid mereka. Berbagai kendala seperti tenaga ahli, tenaga kerja, dan bahan bangunan  sedikit teratasi karena warga desa wonotolo sadar akan pentingnya masjid.
Mereka berbondong-bondong membangun masjid, untungnya dari satu desa juga terdapat tukang kayu dan tukang bangunan yang bersedia ikut berpartisipasi dalam pembangunan masjid tersebut tanpa mengharap imbalan. Para petinggi desa dan masyarakat yang di anggap mampu juga ikut menyumbangkan sedikit hartanya untuk pembangunan masjid ini. Mereka dengan ikhlas ikut membantu dengan materi demi tegaknya masjid miftakhul jannah. Ada beberapa alasan lain pembangunan masjid tersebut, yaitu selain di desa tersebut belum ada masjid, ketika idul adha maupun idul fitri warga desa wonotolo harus ke masjid desa sebelah yang jaraknya tidak dekat. Maka dari itu semua warga desa wonotolo sangat antusias pada pembangunan masjid tersebut.
Tak hanya untuk sholat berjamaah masjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat mengaji anak-anak atau yang di sebut TPA. Orang yang mendirikan TPA di masjid tersebut juga ustad banun yuhdi. Beliau dengan sabar mengajar anak-anak yang ada di desa tersebut sampai sekarang. Bahkan ustad banun yuhdi juga membentuk pengajian-pengajian yang jamaahnya adalah ibu-ibu yang ada di desa wonotolo. Banyak orang yang sholat berjamaah di masjid ini khusunya adalah para lansia namun sayangnya tak banyak pemuda yang aktif dalam kegiatan masjid.
Melihat kondisi ini ustad banun yuhdi bergagasan untuk menumbuhkan kembali rasa kepedulian pemuda yang ada di desa wonotolo dengan mengadakan yasinan khusus untuk pemuda. Lalu kegiatan tersebut berjalan hingga bertahun-tahun hingga banyak jamaah pemudi yang sudah menikah. Meskipun begitu setelah anak-anak mereka besar mereke kembali ikut pengjian rutin yasinan tersebut, sampai sekarang rutinitas setiap minggu itu masih berlanjut. Selain itu mereka juga menitipkan anak-anak mereka ke TPA agar mendapat pelajaran islami. Selain yasinan kegiatan rutin lainnya yaitu adalah mujahadah.
Kegiatan mujahadah tersebut diadakan setiap akhir bulan. Kegiatan ini banyak mengundang simpati warga karena kegiatan ini di harapkan bisa memper erat ukhwah islamiyah terhadap sesama muslim. Selain itu kebersamaan dalam acara ini juga dapat menumbuhkan rasa simpati dan empati masyarakat terhadap masyarakat lain. Kegiatan ini dapat dibilang cukup unik, karena masing-masing dari warga membawa nasi bungkus dari rumah masing-masing dengan berbagai varian lauk pauk. Meski begitu panitia masjid tetap menyediakan sedikit nasi bungkus untuk menghindari warga yang kekurangan nasi bungkus.
Tak hanya nasi bungkus panitia masjid juga menyediakan berbagai minuman seperti es teh, teh hangat, dawet, dan es buah. Kegiatan ini berlangsung dari sekitar jam 3 sore sampai ba’da magrib. Setelah warga terkumpul lalu makanan yang mereka bawa dikumpulkan pada sebuah meja yang di sediakan panitia. Setelah itu warga masuk ke masjid dan berdzikir bersama. Dzikir tersebut di selingi oleh hadroh yang di mainkan oleh anak-anak TPA bimbingan ustad banun yuhdi.
Dzikir tersebut di pimpin langsung oleh ustad banun yuhdi dan rekan-rekan. Setelah dzikir tersebut selesai, panitia membagikan nasi bungkus yang di bawa oleh warga tersebut secara acak. Jadi mereka bisa menikmati masakan tetangga mereka sendiri. Inti dari diadakan kegiatan-kegiatan ini adalah untuk menyambung tali silaturahim antar warga wonotolo dan dengan diadakan kegiatan ini masyarakat menjadi bertambah ilmu, bertambah pengetahuan dan bertambah keimanan kepada Allah. Karena dengan di adakan acara ini mau tidak mau masyarakat wonotolo menjadi lebih sering bersholawat dan berdzikir kepada Allah. Selain itu mereka akan sadar bahwa hidup mereka tidak lain hanya untuk menyembah Allah.
Selain mujahadah dan yasinan di desa ini juga terdapat kegiatan rutinan lain yaitu pengajian muslim dan muslimat NU ranting wonotolo. Kegiatan ini diadakan pada awal bulan. Kegiatan ini diadakan karena basis desa wonotolo adalah islam NU, mereka menganut islam NU. Sehingga banyak acara-acara yang berbau NU di desa tersebut. Orang yang menegakkan islam NU di desa ini adalh ustad banun yuhdi.
Segala sesuatu yang berbau islam di desa ini tak lepas dari jasa ustad banun Karena beliaulah ustad pertama di desa ini sebelum beliau mengajar TPA hingga melahirkan ustad-ustad muda baru di desa ini yang tidak kalah perannya dari ustad banun. Selain kekompakan dalam beribadah, ibu-ibu di desa ini khusunya para jamaah yasin dan dzikrullah mempunyai kegiatan rutin lain seperti kerja bakti setiap hari kamis pagi mereka membersihkan masjid dari menyapu lantai, mengepel, mencuci keset, menguras bak air dan membersihkan kamar mandi dan halaman masjid. Kegiatan ini sudah berlangsung lama sekali. Sudah hamper 3 tahun. Maksud dari kegiatan ini adalah selain untuk mendorong masyarakat agar beramal jariyah juga untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa kita perlu bukti nyata bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, maka kita perlu mengamalkan hadis tersebut sebagai umat islam dan jamaah yasin.
Sealian mengelola anak-anak TPA, ibu-ibu jamaah yasin, dan pemuda pemudi ustad banun juga membimbing ustad-ustad muda untuk berlatih menyampaikan tausiyah agar mereka menjadi percaya diri. Setiap malam selasa mereka berkumpul di masjid untuk belajar memberikan tausiyah kepada jamaah magrib dan isya’ di masjid miftakhul jannah. Mereka di latih untuk terbiasa berbicara di tempat umum. Karena pada dasarnya ustad harus bisa public speaking. Kebiasaan baik ini ditiru oleh warga desa lain, di berbagai acara mereka tak lupa mengundang ustad banun sebagai seorang pembicara atau sekedar memberikan tausiyah kepada masyarakat. Karena kerendahan hati beliau banyak orang yang mengenal beliau adalah orang yang baik, ramah dan sopan kepada masyarakat lain.
Beliau jarang sekali menykiti hati tetangga-tetangga beliau karena itulah setiap kali beliau ada masalah warga lain selalu siap sedia membantu. Itulah gunanya menjadi tetangga, ketika saling membutuhkan kita selalu ada untuk warga lain, dan setiap perbuatan baik pasti juga akan berbuah manis jadi berbuat baiklah kepada sesame agar kelak kita juga mendapat kebaikan dari orang yang tak di sangka-sangka. Karena Allah selalu membantu hambanya lewat apa saja dan siapa saja. Karena pada dasarnya setiap manusia di ciptakan memang saling membutuhkan satu sama lain. Dengan ini saya akan lebih tau tentang arti tolong menolong antar sesame umat manusia.
Ustad banun dapat menjadi panutan untuk kita. Beliau tidaklah sosok yang berlebihan beliau adalah orang yang seadanya dan sangat sederhana. Beliau adalah orang yang jujur dan murah senyum. Beliau juga tidak pelit akan ilmu-ilmu yang beliau punya. Beliau selalu membagi ilmu tentang apapun termasuk tentang berdagang. Beliau adalah seorang pedagan the herbal dan sekarang ini beliau juga hamper merambah di pertanian dan peternakan.
Beliau mempunyai satu hektar sawah. sawah tersebut merupakan warisan dari orang tuanya. Lalu beliau mempunyai dua ekor sapi, sapi tersebut dibelinya sendiri dan di rawat oleh ustad banun dan juga istri. Selain itu beliau juga menanam berbagai macam sayur di sawah tersebu di sengkedan atau sela-sela sawah. Beliau juga aktif dalam bekam dan sebagainya. Banyak sekali orang yang mempercayai bahwa the herbal tersebut dapat meringankan banyak penyakit.
Beliau tetaplah orang yang rendah hati. Sampai kesederhanaan itu ditiru oleh salah satu murid di TPA yang sekarang ini sudah mejadi ustad muda di kampung ini. Dia bernama ustad abi musa yang tidak lain adalah anak dari ustad banun sendiri. Ustad abi musa masih belajar di sebuah pesantren di magelang. Ustad abi musa hamper mirip dengan ayahnya yang mempunyai sikap rendah hati, tidak sombong, penyabar, dan sederhana.
Ustad abi musa ini lah yang menjadi salah satu pelopor dan mengajak anak-anak TPA asuhan ayahnya untuk belajar hadroh hingga akhirnya grup hadroh itu terbentu dan sampai sekarang masih ada. Grup tersebut di beri nama dengan al-amin. Grup tersebut hanya sekitar delapan orang saja, karena keterbatasan alat music. Sebenarnya jika ada dana masyarakat desa ini ingin membeli alat music hadroh lengkap tetapi perekonomian kas di masjid sedng menurun untuk beberpa tahun ini, maka dari itu grup hadroh ini belum lengkap. Namun hal ini tak mematahkan semangat para santri untuk belajar bersama ustad abi musa karena beliau adalah salah satu pengajar yang sabar kepada muridnya.
Murid-murid beliu akhirnya berhasil menguasai alat-alat music tersebut dengan cepat berkat kesabaran dan ketelatenan beliau. Namun saat ini beliau sedang meneruskan mencari ilmu di pondok pesantren yang ada di magelang. Selain banyak kegiatan-kegiatan dan tokoh-tokoh agama yang berada di desa tersebut ternyata desa tersebut juga belum lepas dari adat jawa yang kadang melenceng dari budaya islam. Salah satunya adalah di samping masjid miftakhul jannah terdapat pohon widara yang sudah sangat tua dan di keramatkan oleh warga yang masih percaya oleh hal-hal yang berbau mistis tersebut.
Selain itu pohon tersebut juga sering di datangi dan untuk acara sesajen yang di pimpin oleh tetua desa yang sudah sangat sepuh. Walaupun kedua hal tersebut sangat bertolak belakang namun warga desa wonotolo sangat menghargai satu sama lain. Selain memberi sesajen dan berbagai ritual di pohon widara tersebut terdapat lagi kegiatan yang mana kegiatan tersebut memberi sesajen di kuburan atau yang sering di sebut dengan nyadran. Hal-hal seperti itu memang yang ingin di hapuskan oleh ustad banun di desa ini namun memberi pengertian pada warga yang masih percaya akan hal-hal mistis bukanlah suatu perkara yang mudah. Mereka harus ekstra hati-hati agar tidak terdapat perpecahan antar warga.
Tak sampai disitu, setiap akan melakukan panen warga yang masih percaya akan hal mistis melakukan ritual yang di sebut methyl, yaitu sebagai rasa syukur kepada dewi sri yaitu dewi kesuburan karena telah memberikan panen kepada masyarakat padahal jelas bahwa segala macam rezeki, maut, dan jodoh. Adalah rahasia Allah SWT. Maka dari itu para tokoh agama yang ada di desa ini berusaha keras untuk sedikit demi sedikit mengikis kebiasaan masyarakat wonotolo yang di anggap melenceng dari ajaran islam. Mereka berusaha dengan mengajak para warga khususnya ibu-ibu dan bapak-bapak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan masjid seperti ketika hari kurban sampai zakat fitrah, mereka di minta ikut berbaur dengan jamaah lain meskipun mereka tidak mengikuti jamaah yasin.
Diharapkan dengan ini mereka bisa merubah sikap mereka dari yang tidak perduli dengan kegiatan-kegiatan masjid dan ikut jamaah yasin sehingga bisa sedikit demi sedikit meninggalkan kemusrikan yang mereka lakukan karena sejatinya jodoh, maut dan rezeki hanyalah rahasia Allah kita sebagai manusia tidak pantas mendahului kodradnya. Dengan banyak cerita di sebuah desa di kota sragen ini menyadarkan kita bahwa berjihad tidaklah mudah, kita butuh dukungan dan kerja keras yang lebih untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan begitu kita juga akan mendapat hasil yang maksimal. Banyak tokoh agama pun juga akan mempengaruhi banyak atau tidaknya sbuah kaum muslim yang ada di sebuah desa. Karena mereka bisa saja menyepelekan satu tokoh agama namun jika tokoh agama lebih dari satu maka mereka akan semakin yakin bahwa agama yang dibawa oleh tokoh agama tersebut memanglah baik karena selain banyak pengikut ketika ada saudara kita yang salah jala kita wajib mengingatkan karena itu kewajiban setiap muslim untuk saling mengingatkan.
Behasil atau tidaknya suatu pejuangan terletak pada niat hati kita masing-masing. Karena setiap orang menafsirkan syiar dengan banyak kalimat salah satunya adalah memberi tahu jalan yang benar. Dan ttidak semua orang bisa menerima itu. Seorang yang teguh pendiran pun juga sangat penting untuk syiar agama karena orang akan mudah percaya apabila kita teguh pendirian seperti yang di cerminkan oleh ustad banun yuhdi, beliau teguh dengan pendirian untuk menjadikan desa ini sebagai desa yang islami dan jauh dari kemusrikan agar semua warganya bisa bersama-sama masuk dalam syurga Allah SWT. Menurud ustad banun yuhdi, peran dari pemimpin desa juga sangat penting untuk kelangsungan masyarakat islami yang ada di desa ini. Karena lewat pemimpin bisa menjadi cermin untuk masyarakatnya.
Jadi banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari wawancara kita di desa wonotolo ini. Salah satunya adalah berjuang sampai akhir hayat untuk kebaikan, karena sesuatu yang baik memanglah harus di perjuangkan karena kalau kita tahu hal itu sakah tetapi kita membiarkan saudara kita melakukan dosa itu kita juga ikut dossa dan kita sama saja menjerumuskan saudara kita sendiri ke lubang neraka jahannam bersama kita. Selanjutnya pelajaran yang dapat saya ambil lagi yaitu tentang kesabaran dan ketekunan. Karena salah satu modal makhluk hidup yang sukses adalah kesabaran dan ketekunan. Kesabaran dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT dan tekun dalam mengerjakan kebaikan walaupun masalah yang kita hadapi akan lebih besar namun itulah hidup, selalu akan ada tantangan yang mnhadang namun sejatinya kita sebagai manusia memang hanya bisa mengeluh namun selain itu kita masih bisa berusaha agar apa yang kita inginkan bisa tercapai sesiai dengan semestinya.
Pada kisah-kisah ini kita bisa menyimpulkan bahwa sesuatu yang awalnya terpaksa lama kelamaan akan menjadi terbiasa dan bahkan akan menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk kita tinggalkan karena sudah melekat pada hidup kita sehari-hari. Kebiasaan yang perlu kita terapkan adalah kegiatan yang baik, positif dan bermanfaat untuk hidup kita agar kelak kita bisa mendapat kesuksesan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat. Banyak orang salah mengartikan dengan kekerasan ataupun saling bunuh membunuh karena sejatinya kini kita hidup dalam lingkup NKRI yang sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan bukan malah semena-mena terhadap apa yang kita anggap salah. Karena apapun yang kita anggap salah juga belum tentu salah dan apa yang kita anggap benar belum tentu benar karena penilaian setiap manusia tidaklah sama. Setelah berbagai pelajaran hidup ini semoga kita bisa mengambil hikmahnya.